PhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucket
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 10 November 2009

SARNADI ADAM


Sarnadi Adam lahir di kampung Simprug Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 27 Agustus 1956. Ia belajar seni lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia, Yogyakarta. Sarnadi Adam melukis dalam gaya dekoratif dalam menggambarkan berbagai aspek tradisi masyarakat Betawi.
Tak banyak pelukis Betawi yang dikenal di tataran seni lukis nasional. Tak banyak pula pelukis yang berminat pada objek-objek yang sangat dekat dengan tradisi Betawi. Dari yang tak banyak itu, Sarnadi Adam muncul sebagai satu nama yang begitu setia melukis pernak-pernik Betawi di atas kanvasnya. Pelukis ini telah lama diidentikkan dengan kebetawian.
Sarnadi melukis lima lelaki Betawi lengkap dengan pakaian silat berwarna putih, sarung terselempang di pundak dan berpeci. Bak seorang jagoan�mirip Bang Jampang, jagoan legenda Betawi�tongkrongannya jantan dengan kumis dan brewok menyatu, siap menghadang lawan. Lukisan ini diberi judul Ente Jual Ane Beli, sebuah prinsip yang dipegang kukuh oleh pendekar Betawi yang kira-kira berarti "tak ingin memulai perkelahian, tapi kalau sudah ditantang, apa boleh buat."
Pengamat seni Agus Darmawan melihat Sarnadi sebagai aset Betawi. Dalam lukisan-lukisannya, Sarnadi begitu kuat menggambarkan kota yang dulu bernama Batavia ini berada dalam posisi yang miris budaya. Posisi komunitas Betawi sering berada dalam posisi yang "kalah". Hal itu yang membuat Ali Sadikin mewaspadai dengan penegasan perlunya daerah cagar budaya Betawi terutama di kawasan Condet dan Srengseng Sawah, yang konon masih sangat "asli Betawi".
Sarnadi yang lulusan Sekolah Tinggi Seni Rupa ASRI Yogyakarta menyadari perbedaan komunal masyarakat Yogyakarta yang kuat merengkuh tradisi sehingga ketika masyarakat dari beragam suku masuk, justru pendatang itu yang jadi menyesuaikan dengan iklim Yogyakarta. Pada Betawi hal yang terjadi malah sebaliknya. Untuk itulah, sebagai putra daerah yang juga pelukis, dia berusaha mempertahankannya lewat karya-karyanya berupa lukisan.

Foto Saat Konsultasi Tugas Akhir
sa
Foto Bersama Pak Sarnadi adam dan Para Dosen
Photobucket

  • Digg
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Google
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • TwitThis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails
 
layout made by Rindi Khoirusiffa - Paper Templates